Sejarah Sate Ayam Ponorogo dan Sate Ayam Madura

Sejarah Sate Ayam Ponorogo dan Madura (sate-tukri-sobikun.blogspot.com)

Njajan.com - Tahukah Anda, ternyata sejarah sate ayam Ponorogo berasal dari sate ayam H. Tukri Sobikun. Keluarga bapak Tukri sudah membuat sate ayam sejak turun temurun. Jadi bisa dikatakan sate ayam ini merupakan warisan dari nenek moyang. Kalau sejarah sate ayam Madura ternyata asal usulnya tetap berasal dari Ponorogo.

Kali ini kita bahas satu persatu mulai dari sate ayam khas Ponorogo kemudian berlanjut ke sate ayam Madura. Soalnya, awal mula kuliner sate diperkirakan berasal dari Ponorogo. Jadi, sate ayam Madura sebenarnya variasi yang muncul setelah mencicipi kelezatan sate ayam di Ponorogo.

Sejarah Sate Ayam Ponorogo

Sejarah Sate Ayam Ponorogo (wikimapia.org)
Sejarah Sate Ayam Ponorogo (wikimapia.org)


Sejarah persatean ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu kakek buyut H. Tukri yang bernama Mbah Suro Semin banyak yang memiliki keahlian dalam mengolah kuliner sate ayam. 

Salah satu mbah buyut yang cukup terkenal adalah Eyang Sate. Dia berjualan sate ayam dari stasiun kereta api satu ke stasiun yang lain. Terakhir diketahui Eyang Sate berjualan di stasiun Kedunggalar Kabupaten Ngawi. 

Nah, Mbah Suro yang awalnya tidak mengetahui tentang kuliner sate ayam mulai diperkenalkan oleh Eyang Sate. Mbah Suro sendiri dulu cuma kerja di sawah dan jualan di pasar. Sehingga tidak terlalu mengenal sate.

Mbah Suro Belajar Resep Sate Ayam di Ngawi


Namun, setelah bertemu Eyang Sate, Mbah Suro menetap beberapa hari di Ngawi untuk belajar membuat resep sate ayam. Setelah bisa membuat sate ayam, Mbah Suro pulang dan berjualan di Ponorogo.

Awal berdirinya usaha kuliner sate ayam Mbah Suro dilakukan pada zaman penjajahan Belanda. Saat itu, Mbah berjualan keliling di wilayah Ponorogo. Kalau lelah, Mbah Suro akan mangkal di sekitar Pasar Legi Ponorogo.

Jualan sate dilakukan lama sekali sampai Indonesia Merdeka dan penjajah Belanda pulang ke negaranya. Ayam yang dijual masih sedikit yaitu 2-3 ekor ayam sehari.

Mbah Suro jualan masih menggunakan angkringan yang dipikul, bukan gerobak. Oleh karena itu, sampai sekarang ciri khas sate ayam Ponorogo selalu menggunakan angkringan tersebut.

Baca juga: 12 Nama Makanan Khas Malang Paling Legendaris

Sate Ayam Diteruskan Mbah Sobikun


Setelah usia Mbah Suro sudah tua, usaha sate ayam diteruskan oleh Mbah Sobikun. Dia adalah orangtua dari bapak Tukri. Mbah Sobikun berjualan sate ayam di sekitar Pasar Legi Ponorogo. 

Jualannya tidak keliling lagi karena Mbah Sobikun memilih untuk menetap di sana. Usaha tersebut lama kelamaan berkembang. Bahkan, sehari Mbah Sobikun menghabiskan ayam lebih dari 5 ekor.

Mbah Sobikun juga pernah diundang ke Jakarta oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Undangan ini karena cerita dari salah satu istri beliau yang bernama Ibu Hartini. Nah, Ibu Hartini berasal dari Ponorogo dan salah satu pelanggan sate ayam Mbah Sobikun.

Usaha Sate Ayam Diteruskan ke Bapak Tukri


Setelah umur Mbah Sobikun tua, usahanya diteruskan oleh bapak Tukri. Pergantian ini terjadi di tahun 1980-an. Saat itu, bapak Tukri masih kerja di (PJKA) Pusat Jawatan Kereta Api, sekarang PT. KAI Kereta Api Indonesia.

Usaha bisnis sate ayam terlihat lebih menjanjikan dari kerja PJKA. Akhirnya dia memutuskan untuk pensiun dini. Sejak tahun 1980-an sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun sudah menjadi nama merek dagang. Bisnis kuliner ini berkembang dari hari ke hari. 

Meski jualannya masih di emperan toko sekitar pasar Legi Ponorogo, tapi pelanggannya banyak. Setelah itu, sate ayam menjadi makanan khas Ponorogo. Bapak Tukri lalu membuka warung kecil di rumah di tahun 1991.

Ini bukan warung seperti restoran, tetapi bekas garasi yang diubah menjadi tempat makan. Di sini bapak Tukri melayani pesanan sate ayam dan makan di tempat. Penjualan meningkat, di tahun 1993 lapak di pasar Legi ditutup dan bapak Tukri fokus jualan di rumah.

Baca juga: 3 Resep Sate Khas Yogyakarta dengan Rasa yang Lezat dan Unik

Jadi Restoran Sate Ayam H. Tukri Sobikun


Warung yang dulunya kecil, kemudian berkembang menjadi restoran besar yang mampu menampung puluhan pelanggan. Nama restoran tersebut menjadi Sate Ayam H. Tukri Sobikun di tahun 2001.

Pelanggan setia sate ayam Ponorogo ini tidak pernah berpaling karena sampai sekarang cita rasanya tidak berubah. Semua bumbu masih alami dan tidak memakai bumbu pabrikan.

Sekarang setiap hari banyak sekali pengunjungnya. Kalau akhir pekan atau waktu liburan, banyak pengunjung dari luar kota yang berdatangan.

Bahkan, di tanggal 31 Maret 2010, tiba-tiba Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan datang untuk makan malam. Sejak saat itu, restoran sate ayam H. Tukri yang sudah ramai bertambah ramai.

Lokasi Sate Ayam H. Tukri Sobikun



  • Ponorogo 1: Sate ayam H. Tukri Sobikun berlokasi di jalan Lawu gang I no 43 sekitar 500 meter dari Pasar Legi Songgolangit (0352)- 482362. 
  • Ponorogo 2: Jalan Soekarno Hatta sebelah selatan jembatan Jarakan Ponorogo dengan nama Sate Ayam H. Tukri Sobikun (Pak Bowo) 0352-482413.
  • Madiun 1: jalan S. Parman no 48 depan Carrefour 08125981436 / 0352-752125.
  • Madiun 2: jalan Trunojoyo no 114 sebelah selatan pasar Sleko 08125981436 / 0352-752125.


Cerita sejarah sate ayam Ponorogo ini disampaikan oleh putra pertama H. Tukri Sobikun dan H. Siti Amini yang bernama Budi Handoko Dimas Putra melalui blog sate-tukri-sobikun.blogspot.com.

Baca juga: 6 Makanan Unik di Surabaya Ini Pasti Bikin Anda Tercengang

Sejarah Sate Ayam Madura

Sejarah Sate Ayam Madura (youtube.com)
Sejarah Sate Ayam Madura (youtube.com)


Tidak hanya sate ayam Ponorogo saja, soalnya Indonesia juga mempunyai sate ayam Madura. Sejarah sate ayam Madura berasal dari Jaran Panoleh, seorang Adipati Sumenep Madura. Saat itu dia mengunjungi kakaknya yang bernama Lembu Kanigoro atau Batoro Katong selaku Adipati di Ponorogo.

Jauh-jauh ke Ponorogo, Jaran Panoleh disuguhi hidangan sate ayam Ponorogo. Namun, Jaran Panoleh dan rombongan tidak mau memakannya. Ini karena dia tidak pernah makan sate. Menurutnya makanan tersebut aneh karena berbentuk roncean daging dan dipenuhi bumbu.

Kemudian kakaknya menjelaskan bahwa sate ayam merupakan makanan yang biasa dimakan pendekar Ponorogo dengan sifat Wira'i. Akhirnya, Jaran Panoleh dan rombongan mau memakannya. Makanan tersebut menjadi terkenal di Madura dan resepnya dimodifikasi ala kuliner Madura.

Kesimpulan


Demikian sejarah sate ayam Ponorogo dan sate ayam Madura. Sudah bisa dipastikan antara sate ayam Ponorogo dan sate ayam Madura lebih dulu sate ayam Ponorogo. Bahkan, sate ayam H. Tukri Ponorogo diklaim jadi sate tertua di Ponorogo.

Menurut update info dari Detik.com (19/12/2017), saat ini Sate Ayam H. Tukri Sobikun Ponorogo sudah ganti kepemilikan ke anak kedua Mbah Tukri yaitu Bu Emi Listyani, sebelumnya anak pertama yakni Pak Handoko.

Baca juga: 8 Tempat Makan Angkringan di Bogor dengan Menu Banyak dan Enak

Selain itu, sekarang restoran tersebut mampu menjual hingga 100 ekor ayam setiap harinya. Sate Ayam H. Tukri juga dikunjungi sejumlah petinggi negara dan artis, seperti Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010, Uya Kuya tahun 2011, Aburizal Bakrie tahun 2012, dan Joko Widodo tahun 2013 saat menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Oh iya, karyawan di sana tidak pernah ditugaskan untuk membuat bumbu sate ayam. Sebab, bumbunya merupakan resep turun temurun dari keluarga. Para karyawan hanya ditugaskan untuk membakar sate, menusuk daging, dan melayani pembeli saja.

Jika artikel Njajan.com bermanfaat, jangan lupa like dan share ke teman-teman yang lain. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama