Njajan.com - Pernahkah kamu menikmati permen, yogurt stroberi, atau minuman berwarna merah cerah tanpa tahu dari mana warna itu berasal?
Ternyata, sebagian pewarna merah alami yang digunakan dalam industri makanan dan kosmetik berasal dari serangga kecil bernama Cochineal (Dactylopius coccus). Serangga ini hidup di tanaman kaktus, terutama jenis Opuntia, dan menghasilkan zat berwarna merah intens bernama asam karminat.
Senyawa inilah yang diolah menjadi pewarna karmin (carmine) — salah satu pewarna merah alami yang paling populer di dunia. Meskipun berasal dari hewan, karmin telah digunakan selama berabad-abad dan dianggap lebih aman dibanding pewarna sintetis buatan pabrik.
Baca juga: Es Lilin Kekinian: Resep dan Cara Membuat Es Lilin Pelangi yang Menguntungkan
Asal dan Proses Pembuatan Pewarna Karmin
Pewarna karmin berasal dari serangga betina Cochineal. Proses pembuatannya cukup unik: serangga dikeringkan, digiling, lalu diekstrak untuk mendapatkan pigmen merah alami.
Untuk menghasilkan 1 kilogram karmin, dibutuhkan sekitar 70.000–100.000 ekor serangga betina. Karena itulah pewarna ini tergolong bernilai tinggi.
Sejak masa suku Aztec di Amerika Tengah, Cochineal sudah digunakan sebagai pewarna kain dan makanan. Kini, penggunaannya meluas hingga industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, hingga cat dan tekstil.
![]() |
| Serangga karmin pewarna merah alami dari hewan |
Keunggulan Pewarna Karmin
Meskipun terdengar “mengerikan” bagi sebagian orang, karmin tetap menjadi favorit di berbagai industri. Alasannya:
-
Warna merahnya alami dan intens, cocok untuk berbagai produk makanan dan minuman.
-
Tahan panas dan sinar matahari, tidak mudah pudar selama proses produksi.
-
Ramah lingkungan, karena berasal dari sumber hayati.
-
Aman dikonsumsi, telah diakui oleh FDA (Amerika Serikat) dan BPOM RI sebagai pewarna alami yang boleh digunakan.
Karmin biasa ditemukan dalam produk seperti:
- Yogurt dan es krim rasa stroberi
- Permen dan jelly
- Minuman ringan berwarna merah
- Lipstik, blush on, dan kosmetik berwarna pink-merah
Baca juga: 41 Nama Lain Babi di Komposisi Makanan
Status Kehalalan Pewarna Karmin: Penjelasan Resmi MUI
Beberapa waktu terakhir, publik sempat ramai membahas status kehalalan pewarna karmin yang berasal dari serangga Cochineal. Banyak yang bertanya: Apakah pewarna dari hewan seperti ini halal dikonsumsi oleh umat Muslim?
Menanggapi hal tersebut, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) memberikan penjelasan resmi.
Dalam keterangan tertulis yang diterima MUIDigital (29 September 2023), Direktur LPPOM MUI, Dr. Muti Arintawati, menegaskan bahwa MUI telah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap bahan pewarna ini.
Menurut hasil kajian, serangga Cochineal hidup di tanaman kaktus dan tidak memakan bahan najis, sehingga tidak ada alasan syar’i untuk mengharamkannya.
Berdasarkan hasil kajian dan verifikasi tersebut, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 33 Tahun 2011 tentang Hukum Pewarna Makanan dan Minuman dari Serangga Cochineal, yang menyatakan bahwa:
“Pewarna makanan dan minuman yang berasal dari serangga Cochineal hukumnya halal, selama bahan tersebut bermanfaat dan tidak membahayakan.”
Dr. Muti menambahkan, produk yang menggunakan pewarna alami karmin juga telah memiliki izin edar dari BPOM, sehingga dari sisi keamanan pangan, aman dikonsumsi masyarakat.
Dengan demikian, baik dari sisi syariat (halal) maupun keamanan produk (BPOM), pewarna karmin dinyatakan tidak bermasalah untuk digunakan dalam makanan, minuman, kosmetik, dan obat-obatan.
Fakta Menarik tentang Pewarna Karmin
-
Telah digunakan sejak abad ke-15
Pewarna karmin adalah salah satu pewarna alami tertua di dunia dan masih digunakan hingga kini karena ketahanan warnanya yang luar biasa. -
Labelnya sering tersembunyi
Di kemasan produk, karmin bisa muncul dengan nama lain seperti “Cochineal Extract,” “Natural Red 4,” atau “E120.” -
Bisa menimbulkan alergi bagi sebagian orang
Meskipun jarang, ada individu yang sensitif terhadap asam karminat, sehingga sebaiknya membaca label sebelum konsumsi. -
Kontroversi di kalangan vegetarian dan vegan
Karena berasal dari serangga, karmin tidak tergolong bahan vegan, sehingga beberapa produsen mulai mencari alternatif nabati.
![]() |
| Bahan pewarna merah alami dari hewan serangga |
Alternatif Pewarna Merah Alami Non-Hewani
Untuk konsumen vegetarian, vegan, atau yang ingin menghindari bahan hewani, kini tersedia banyak pewarna merah alami nabati, antara lain:
-
Buah bit (beetroot): menghasilkan warna merah keunguan alami.
-
Rosella (hibiscus): memberikan warna merah lembut dan kaya antioksidan.
-
Paprika merah: menghasilkan warna merah oranye yang stabil untuk masakan.
-
Angkak: fermentasi beras oleh jamur Monascus purpureus, populer di Asia.
Pewarna nabati ini memang tidak sekuat karmin dalam daya tahan warna, tetapi lebih cocok untuk produk dengan label plant-based atau vegan friendly.
FAQ (Schema Ready)
Q1: Apa itu pewarna karmin?
A1: Karmin adalah pewarna merah alami yang dihasilkan dari serangga betina Cochineal dan digunakan dalam makanan, minuman, dan kosmetik.
Q2: Apakah pewarna karmin halal menurut MUI?
A2: Ya, berdasarkan Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2011, pewarna karmin hukumnya halal, karena serangga Cochineal tidak hidup dari bahan najis.
Q3: Apakah pewarna karmin aman dikonsumsi?
A3: Aman, karena telah mendapatkan izin edar dari BPOM dan diakui oleh FDA sebagai pewarna alami yang aman digunakan.
Q4: Apakah pewarna karmin digunakan dalam kosmetik?
A4: Ya, karmin digunakan pada lipstik, blush on, dan produk kosmetik lainnya untuk menghasilkan warna merah alami.
Q5: Apakah ada alternatif pewarna merah alami selain karmin?
A5: Ada, seperti pewarna dari bit, rosella, paprika, dan angkak yang berasal dari tumbuhan.
Kesimpulan
Pewarna merah alami dari hewan seperti karmin dari serangga Cochineal membuktikan bahwa alam menyediakan sumber warna yang luar biasa bagi manusia. Meskipun berasal dari hewan kecil, bahan ini telah lama digunakan dan dinyatakan aman oleh BPOM serta halal oleh MUI melalui Fatwa Nomor 33 Tahun 2011.
Jadi, kamu tak perlu khawatir menikmati yogurt, permen, atau kosmetik yang menggunakan pewarna karmin—selama terdaftar resmi dan berlabel halal, produk tersebut aman dikonsumsi.
Namun, jika kamu lebih nyaman dengan pewarna dari tumbuhan, banyak alternatif alami yang tak kalah menarik dan tetap ramah lingkungan.
Jika artikel ini bermanfaat, jangan lupa bagikan ke teman kamu agar mereka juga tahu fakta menarik di balik warna merah alami dan kehalalannya!




Posting Komentar